Status menikah tidak jadi penghalang pasangan ini untuk mengabdi kepada ummat. Justru dengan status barunya ini, sang istri semakin yakin untuk berdawah bersama sang suami.
Ustadzah Mutiah Sholehah dan suami baru tiga pekan menikah, namun hal tersebut tidak menghambat mereka untuk tetap menjalankan tugas pengabdian di Kepulauan Riau.
Ustadzah Mutiah menjelaskan bahwa Mahad Tahfizul Quran At-Thohiriyah, tempat mengabdinya, merupakan salah satu sub-lembaga di bawah naungan Yayasan Nur At-Thohir.
“Yayasan ini juga menaungi SMP IT At-Thohiriyah dan juga TKIT At-Thohiriyah. Jika di total ada sekitar 200 anak didik yang dibina oleh yayasan ini,” tambahnya.
Tugas Ustadzah Mutiah di Mahad tersebut lebih kepada manajemen yayasan seperti membuat Majalah serta konten untuk promosi yayasan.
Sedangkan suaminya yang merupakan dai Dewan Dawah mengajar di yayasan yang sama dengan Ustadzah Mutiah. “Beliau full time mengurus santri, pulang ke rumah hanya jeda shalat dzuhur dan sore, habis Maghrib sampai setengah sembilan atau setengah sebelas malam masih mengontrol santri,” cerita Ustadzah Mutia.
Selain menjalankan pengabdian di yayasan, Ustadzah Mutiah dan suami juga berencana akan mengajar ngaji ke pulau-pulau terdekat.
“Saat ini kami merasa kurang ke masyarakat, sehingga kami memutuskan untuk mencari pengalaman di luar yayasan agar lebih bermanfaat,” jelasnya.
Program mengajar ke pulau-pulau sampai saat ini belum terlaksana karena Ustadzah Mutiah dan suami masih terkendala dengan biaya transportasi. “Kami masih terkendala biaya, kerena biaya transportasi antar pulau lumayan juga,” jelasnya.
Sahabat dakwah, ayo dukung terus perjuangan para dai dan daiyyah Dewan Dawah dengan harta terbaik,